nama : sena lastiansah
kelas : 3ka25
npm : 16110443
Hari Buruh
Hari Buruh pada umumnya dirayakan
pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh ini adalah
sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan
serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.
Sejarah Hari Buruh
May Day lahir dari berbagai
rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak
industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan
perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja,
minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan
perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Pemogokan pertama kelas pekerja
Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini
membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta
bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya.
Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda
bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Ada dua orang yang dianggap telah
menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew
Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872,
McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam
kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para
pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang
lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan
masyarakat".
Pada tahun 1881, McGuire pindah ke
St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya
didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan
McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and
Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang
keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di
kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin
Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.
Pada tanggal 5 September 1882,
parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang
yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi.
Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini.
Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian
merayakannya.
Pada 1887, Oregon menjadi negara
bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover
Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama
bulan September hari libur umum resmi nasional.
Kongres Internasional Pertama
diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen
organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan
mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada
tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana
batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka
kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh
dunia.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari
perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized
Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam
sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik
masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of
Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh
di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan
diberlakukan mulai 1 Mei1886.
Peristiwa Haymarket
Pada tanggal 1 Mei tahun 1886,
sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran
untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini
berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.
Pada tanggal 4 Mei 1886. Para
Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki
para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya
ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai
martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi
pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para
pemilik modal.
Kongres Sosialis Dunia
Pada bulan Juli 1889, Kongres
Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal
1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:
Sebuah aksi internasional besar
harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota
pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh
menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per
hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.
Resolusi ini mendapat sambutan yang
hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang
diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara,
meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.
Hari buruh di Indonesia
Indonesia pada tahun 1920 juga
mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.
Ibarruri Aidit (putri sulung D.N.
Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya pernah menghadiri peringatan Hari Buruh
Internasional di Uni Sovyet, sesudah dewasa menghadiri pula peringatan Hari
Buruh Internasional 1 Mei 1970 di Lapangan Tian An Men RRC pada peringatan
tersebut menurut dia hadir juga Mao Zedong, Pangeran Sihanouk dengan istrinya
Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai
Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B Tan Tein.[2]
Tapi sejak masa pemerintahan Orde
Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan
lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan
ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan
paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.
Semasa Soeharto berkuasa, aksi
untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day
selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas,
karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut
ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan
tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru berakhir,
walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh
buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.
Kekhawatiran bahwa gerakan massa
buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak
pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999hingga 2006 tidak pernah
ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk
kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan
tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih
berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah
subversif dan didalangi gerakan komunis.